Perusahaan IT Mulai Dominasi Sewa Perkantoran Jakarta

Demand untuk ruang perkantoran memang sudah nampak penurunannya sejak catur wulan pertama tahun 2016 ini. Terkait dengan harga minyak dunia yang terjun bebas, perusahaan-perusahaan yang terhubung dengannya mengalami penurunan dalam bisnisnya. Kantor-kantor yang aktivitasnya melingkupi perminyakan dan gas terpaksa mengambil kebijakkan untuk menyesuaikan diri agar dapat bertahan dengan kondisi tersebut. Banyak diantaranya yang melakukan kebijakan perampingan karyawan hingga pindah kantor ke tempat yang lebih rendah harga sewanya.
Tidak hanya dibidang migas, kondisi pertumbuhan ekonomi yang lemah pun juga berdampak pada bisnis-bisnis dibidang lainnya seperti properti, perbankan dan keuangan. Melesunya perekonomian menjadi kondisi yang memaksa pihak gedung menurunkan harga sewa ruangannya sebagai upaya mempertahankan tenant untuk memperpanjang masa sewa dan menarik tenant baru. Meski begitu, kebijakan tersebut tidak menunjukan hasil yang signifikan.
Namun begitu ada pemandangan berbeda dari kondisi ini. Disaat banyak ruang perkantoran ditinggalkan oleh penyewanya untuk harga yang lebih rendah atau perampingan, di sisi lain ada juga yang memanfaatkan situasi ini secara positif. Penyewa ruang kantor dari perusahaan industri teknologi informasi (IT) dan firma hukum malah mengungguli sebagai penyewa dari industri lainnya. Dengan mengambil keuntungan dari harga sewa yang menurun, beberapa penyewa aktif mencari tempat yang lebih berkualitas untuk bisnis konsolidasi dan relokasi.
Penyerapan tenant pada ruang perkantoran mencapai 8.300 m2 di cawu pertama tahun ini yang didominasi oleh gedung perkantoran kelas A sebagai penyumbang terbesar. sebaliknya dari gedung perkantoran kelas C terjadi penyerapan negatif karena banyak tenant yang memindahkan lokasi bisnisnya akibat dari pengelola -pengelola gedung yang bersiap untuk pembangunan kembali.
Lima bangunan kantor dengan total luas sebesar 270.000 m2 memasuki pasar dalam kuartal pertama 2016, di antaranya MSIG Tower (70.000 m2), Capital Place (90.000 m2), Indonesia Fnancial Center (50.000 m2), dan The Convergence Indonesia (36.000 m2). Penambahan ketersediaan ruang kantor dari gedung-gedung tersebut membuat total pasokan terakumulasi menjadi 5,51 juta meter persegi dan dalam tiga kuartal kedepan akan bertambah sebanyak 297.000meter persegi lagi yang akan memasuki pasar.
Terjadinya peningkatan ruang perkantoran yang available selama kuartal pertama tahun ini menyebabkan menurunnya tingkat hunian. Di kawasan perkantoran CBD presentasi okupansi untuk space office saat ini sudah sampai ke angka 81,36 persen. Diperkirakan kondisi bisnis sewa ruang perkantoran akan seperti ini menanti perubahan yang lebih baik dari pertumbuhan ekonomi secara global khususnya untuk kawasan Asia.