info@ipapa.co.id     +6221 300 66 511

Pertikaian Antar Eksportir Minyak Dengan Efek Mengglobal

Posted: 10 years ago - 308 View
Pertikaian Antar Eksportir Minyak Dengan Efek Mengglobal

Negara-negara penghasil minyak yang tergabung dalam OPEC belum lama ini telah mengadakan pertemuan di Doha, Qatar untuk membahas perihal harga minyak dunia yang terus anjlok. Seperti yang diketahui, impact dari anjloknya harga minyak berimbas ke berbagai sektor bisnis lain hingga membawa pengaruh negatif pada pertumbuhan ekonomi negara. Namun harapan masyarakat dunia agar pertemuan OPEC tersebut menghasilkan keputusan yang membawa perbaikan ternyata sia-sia. Para delegasi yang hadir harus pulang dengan tangan kosong tanpa membawa hasil yang dapat diimplementasikan untuk merubah kondisi yang mengglobal ini.

Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia Ferdinand Hutahean mengatakan, banyak dari para pengamat perminyakan yang sudah memperkirakan bahwa pertemuan tersebut tidak akan menghasilkan apapun. Pasalnya situasi hubungan geopolitik yang semakin memanas antar Amerika Serikat (AS) vs Rusia dan Arab Saudi VS Iran sangat mempengaruhi kondisi harga minyak saat ini. "Jauh sebelum pertemuan itu kami prediksi tidak akan menghasilkan apapun. Karena hubungan bilateral keempat negara produsen minyak tersebut sedang buruk-buruknya. Terutama Arab Saudi vs Iran mengancam saling serang," tuturnya dalam IDX Channel, Jumat (22/4/2016).

Dia mengungkapkan bahwasanya antara Arab Saudi dengan Iran saat ini sedang perang non konvensional dengan menggunakan minyak sebagai senjatanya caranya dengan menurunkan harga minyak serendah-rendahnya. Arab Saudi yang cadangan minyaknya lebih banyak memang sengaja ingin menjatuhkan keuangan negara Iran yang notabene mengandalkan kelangsungan hidup negaranya dari  minyak sebagai income terbesar negara. Buruknya hubungan antar negara penghasil minyak inilah yang ditengarai sebagai penyebab kondisi harga minyak menjadi seperti sekarang ini.

Selama suplay minyak mentah dunia masih belum dapat dikendalikan maka harganya masih akan berlanjut melemah dan sulit untuk manguat. Bila kondisi hubungan negara eksportir minyak di OPEC dan non OPEC belum juga membaik maka pasokan minyak akan semakin meluber dan dapat menyentuh hingga USD5 per barel, ujar Hutahean.

Memimbang situasi yang ada saat ini , maka Indonesia memutuskan untuk kembali mengaktifkan diri hadir di pertemuan OPEC dan kembali menjadi anggotanya.

Widhyawan yang akan menjabat Gubernur Indonesia untuk OPEC selama dua tahun (2015-2017) mengatakan bahwa sebagai negara besar dengan kebutuhan energi yang relatif cukup tinggi dan terus meningkat, Indonesia perlu memastikan ketahanan energinya. "Saat ini, Indonesia dalam proses transisi dari penggunaan energi yang didominasi oleh energi fosil menuju energi baru terbarukan yang lebih berkesinambungan pada masa datang," ujarnya.

Widhyawan mengatakan dengan telibat dan aktif menjadi anggota organisasi tersebut, "Indonesia akan menjadi bagian dari pengambilan keputusan, bukan penerima akibat dari keputusan," katanya.

Disisi lain dengan hal tersebut, pergaulan internasional akan membuka pintu yang luas untuk percepatan pembaruan teknologi dan kesempatan bisnis seperti dalam hal pasokan minyak dan produk yang saling menguntungkan, akses pada penelitian dan pengembangan terkini, serta kesempatan bagi putra dan putri terbaik Indonesia untuk memiliki andil yang lebih besar dalam organisasi energi global.

Category : News,

Related Post