Permintaan Ruang Kantor Berkurang, Namun Suplai Makin Bertambah

Permintaan Ruang Kantor Berkurang, Namun Suplai Makin Bertambah - Sewa ruang kantor terus diwarnai dengan perlambatan permintaan dari penyewa sebagai dampak dari lesunya pergerakan bisnis serta melemahnya sentimen pemodal.
Dalam penelitian yang dilakukan Savills Indonesia, permintaan akan ruang kantor makin menurun di kuartal-4 2015 sejalan dengan penyewa yang berusaha mengatur biaya operasional, sementara itu permintaan dari perusahaan baru jumlahnya terbatas karena kondisi ekonomi yang belum pulih.
Di sisi lain, pasokan baru menambah persediaan yang ada, menyusul rampungnya beberapa proyek gedung di Jakarta. Lebih dari 510.000 meter persegi pasokan baru berada di kawasan CBD Jakarta pada 2015 lalu dari tujuh proyek gedung, antara lain Sahid Sudirman Center, Wisma Mulia 2, AIA Sentral, Noble House, dan Centennial Tower.
Hingga akhir 2015, jumlah persediaan perkantoran di kawasan CBD Jakarta mencapai sekitar 5,19 juta meter persegi yang didominasi perkantoran Grade B 34% dan Grade A 33%, kemudian perkantoran kelas Premium 20%. Sementara untuk suplai perkantoran kelas C berkisar 13% dari total persediaan yang ada.
Terlepas dari pertumbuhan suplai baru serta pasar sewa yang menarik, permintaan ruang kantor terlihat belum tumbuh, yang dikarenakan aktivitas perusahaan yang loyo. Alhasil, sebagian besar gedung perkantoran baru tingkat huniannya rendah setelah mulai beroperasi.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan ruang kosong untuk bisnis perkantoran. Secara keseluruhan, ruang kosong di kawasan CBD melonjak dari 4,8% pada 2014 menjadi 11,8% pada akhir 2015.
Nett Take-Up Rendah
Terbatasnya ekspansi penyewa pada tahun 2015 mengakibatkan nett take-up tahunan amat rendah, yaitu berada di angka 100.000 meter persegi. Dibandingkan dengan 2014—tahun dengan nett take-up yang sangat buruk—pertumbuhan nett take-up tahunan 2015 berkisar 20%. Padahal, total suplai baru di tahun 2015 mencapai 16 kali lebih tinggi dari pasokan tahunan di periode 2014.
Secara keseluruhan, permintaan ruang kantor di CBD lebih dominan diserap oleh gedung Grade A dan Grade C. Sementara itu, gedung kelas Premium dan Grade B mengalami take-up negatif di tahun 2105.
Dengan angka take-up yang tidak tinggi, ruang kosong di gedung kelas Premium & Grade A naik cukup signifikan, sementara kekosongan di gedung Grade B dan Grade C relatif stabil.
Hingga akhir 2015, ruang kosong di gedung kelas Premium meningkat menjadi 8,7% sementara di Grade B dan Grade C sekitar 6,3% dan 5,4%. Kemudian, ruang kosong di gedung Grade A melonjak dari 6,4% pada 2014 menjadi 21,9% pada akhir 2015.
Saat ini terdapat sekitar 613.000 meter persegi ruang kosong di gedung perkantoran CBD Jakarta, yang bersaing dengan suplai perkantoran baru untuk mencari tenant.
Perlambatan take-up berpengaruh terhadap pertumbuhan sewa selama dua tahun terakhir. Koreksi pasar dapat dilihat terutama di kelas Premium dan Grade A yang juga dipengaruhi oleh fluktuasi mata uang.
Selain itu, di 2015 juga terjadi koreksi harga sewa di semua segmen. Gedung Grade Premium mengalami penurunan harga tahunan paling signifikan, yakni 12 persen, diikuti oleh Grade A -7 persen, sedangkan Grade B dan C turun 3– 4%.
Sumber berita: www.okezone.com
Foto: www.asiabusinessinfo.com