Investasi Mana Yang Lebih Menguntungkan, Apartemen Atau Deposito

Hingga saat ini masih banyak orang yang berinvestasi dengan cara menempatkan dana di tabungan dan juga deposito, padahal seperti yang kita ketahui bahwa produk perbankan tersebut tidak dibuat untuk investasi jangka panjang karena rentan terkikis oleh pajak dan juga inflasi.
Jenis investasi jangka panjang sebenarnya ada beberapa macam seperti reksadana, forex, saham, property, dan lain sebagainya. Namun, jenis investasi tersebut memiliki resiko cukup tinggi sehingga membuat orang menjadi ekstra hati-hati untuk menempatkan dana nya disini.
Pada dasarnya, investasi jangka panjang itu memberikan keuntungan yang berbanding lurus dengan resiko nya. Saat sekarang ini, orang-orang lebih melirik sektor properti sebagai pilihan investasi jangka panjang karena resiko nya dianggap lebih sedikit karena memiliki wujud nyata atau fisik.
Potensi keuntungan yang dimiliki oleh sektor properti, khususnya apartemen yang dijual kembali sebelum gedung nya selesai dapat mencapai 30%-50%. Kemudian apartemen yang dijual lagi setelah gedungnya selesai dibangun dalam waktu 2 hingga 3 tahun dapat mencapai angka 50%-80%.
Bagi para pemilik apartemen, keuntungan investasi jenis ini tidak hanya dari penjualan saja, namun juga bisa dari jasa sewa apartemen.
Kemudian, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana perbandingan investasi di sektor property jika dibandingkan dengan deposito?
Dikatakan oleh Muljadi Suhardi, Corporate Secretary PT Integrated Marketing Services (IMS) Group memberikan simulasi perbandingan kedua investasi dengan nilai yang sama yakni masing-masing sebesar 400 juta rupiah.
“Jika deposito 400 juta ditambah bunga 8% setiap tahun atau 32 juta rupiah, total yang didapat dalam setahun adalah 432 juta rupiah”
Kemudian beliau melanjutkan, jika dihitung untuk 15 tahun maka akan didapat sekitar 480 juta rupiah. Deposito tersebut belum diitung biaya admin dan pajak, selain itu suku bunga deposito biasanya turun.
Kemudian, untuk investasi apartemen, setiap tahunnya sudah ada perhitungan 20% untuk harga tanah dan bahan bangunan. Kemudian jika dilihat dari nilai sewa, pemilik apartemen dapat pula mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.
Nilai sewa dapat meningkat hingga 5 juta rupiah setiap tahunnya. Jika nilai sewa 40% dari nilai beli, maka total pendapatan dari sewa apartemen selama 15 tahun dapat mencapai 1,125 miliar rupiah.
Namun, serah terima apartemen rata-rata butuh waktu selama 24 bulan atau setahun yang berarti, apartemen tidak dapat disewakan pada masa pembangunan. Oleh karena itu, potensi pendapatan dari sewa dikurangi sekitar 85 juta rupiah. Selain itu, biaya untuk dekorasi dan interior yang ditaksir sekitar 50 juta rupiah.
Pada 6 bulan bertama di tahun ketiga, apartemen juga belum tentu langsung mendapat penyewa. Biasanya, kurun waktu itu dipakai untuk pemasangan interior dan mencari penyewa yang pas. Maka beliau berkata pendapatan dikurangi lagi sekitar25 juta rupiah. Dengan urutan tersebut, ada penyusutan potensi pendapatan sebesar 160 juta rupiah dari penyewaan apartemen.
Kemudian ditambah lagi, setiap 5 tahun dibutuhkan alokasi dana untuk perbaikan interior. Tentu saja harga bahan bangunan sudah naik dan akan ada jeda waktu untuk renovasi yang membuat apartemen tidak dapat disewakan. Kerugian dari 2 hal tersebut diasumsikan sebesar 137,5 juta rupiah. Hal serupa juga terjadi saat masuk tahun ke-15. Akibat kenaikan harga bangunan, kerugian diperkirakan naik sebesar 200 juta rupiah.
Berdasarkan perhitungan tersebut, jika dihitung total kerugian dari tahun pertama hingga tahun ke-15 sebesar 496,5 juta rupiah. Namun demikian, dari potensi keuntungan sebesar 1,125 miliar rupiah, pemilik apartemen masih dapat meraih untung hingga sebesar 627, 5 juta rupiah.