info@ipapa.co.id     +6221 300 66 511

Harga Sewa Perkantoran di CBD Jakarta Turun 30%

Posted: 10 years ago - 389 View
Harga Sewa Perkantoran di CBD Jakarta Turun 30%

Harga sewa perkantoran di kawasan CBD Jakarta Turun hingga 30% - Revisi harga sewa gedung perkantoran di kawasan pusat bisnis atau Central Business District (CBD) Jakarta, non-CBD, serta area jalan TB Simatupang tetap berlanjut.

Hal tersebut seiring dengan lambatnya laju ekonomi, jatuhnya nilai mata uang Rupiah terhadap Dollar AS, dan anjloknya harga minyak dunia serta komoditi tambang yang menyebabkan banyak perusahaan melakukan efisiensi. Akan tetapi, penurunan signifikan baru terjadi sekarang. Bahkan dapat dikatakan sebagai yang terburuk sejak terjadinya krisis finansial global tahun 2008 silam.

Menurut pengkajian Leads Property Indonesia, turunnya harga sewa perkantoran baik di CBD maupun non-CBD Jakarta, terutama disepanjang jalan TB Simatupang tercatat rata-rata mencapai 30%.

Angka yang tercatat hampir sama dengan depresiasi nilai Rupiah terhadap Dollar AS. Penurunan harga sewa ini berlaku secara umum. Tidak hanya pada perkantoran premium, melainkan juga untuk Grade A.

"Sementara untuk harga sewa perkantoran Grade B tidak mengalami penurunan yang signifikan, karena memang sudah rendah," ujar Hendra Hartono, CEO Leads Property Indonesia, kepada laman Kompas.com, Kamis (28/1/2016).

Dari semua level perkantoran, kelas Premium dan Grade A paling drastis penurunan harga sewanya yakni mencapai 40 hingga 50%.

Hal ini juga diakui Ferry Salanto, selaku Associate Director Research Colliers International Indonesia. Menurut pendapatnya, harga sewa gedung perkantoran premium dan Grade A yang pembangunannya baru selesai, dibanderol hampir setengah dari harga transaksi pasar.

"Daripada tidak ada yang sewa, lebih baik menggunakan strategi pangkas harga. Walaupun hanya setengahnya, setidaknya bisa menarik para penyewa untuk mengisi gedungnya," ucap Ferry.

Dia pun melanjutkan, harga sewa rata-rata ruang perkantoran baru premiun dan Grade A yang ditawarkan ke pasar Rp 450.000/m². Namun itu asking price, sementara harga transaksi bisa lebih rendah dari itu.

Hingga kuartal ke-empat 2015, pra komitmen penyewa yang mengisi beberapa gedung perkantoran baru tidak lebih dari 30%. Angka tersebut, tutur Ferry, yang terendah dalam sejarah sub-sektor perkantoran.

Sedangkan untuk gedung perkantoran lama, harga sewanya pun tak luput mengalami penyesuaian. Bahkan, ada beberapa pengelola gedung yang menawarkan renegosiasi, daripada harus kehilangan penyewa karena pindah ke gedung yang memiliki harga sewa lebih murah.


Sangat Mengkhawatirkan

Menurut data Leads Property Indonesia, gedung perkantoran di kawasan CBD Jakarta menunjukkan kinerja yang paling mengkhawatirkan. Hal itu disebabkan 65% dari total pasokan perkantoran, ada di CBD Jakarta.

"Penurunan harga sangat berasa. Banyak perusahaan minyak dan gas serta tambang sebagai salah satu penyewa ruang perkantoran terbesar, melakukan efisiensi. Mereka mengikuti progres bisnis yang ada," tambah Hendra.

Kondisi ini mendorong tingkat kekosongan ruang perkantoran di Jakarta semakin besar. Tingkat kekosongan ruang perkantoran di kawasan CBD Jakarta mencapai 10% atau sekitar setengah juta meter persegi dari total pasokan 5 juta/m².

Sementara di area jalan TB Simatupang, kekosongan mencapai 12% atau 180.000m² dari total pasokan yang ada seluas 1,5 juta/m².

Besarnya tingkat kekosongan ruang perkantoran diprediksi masih akan berlanjut hingga akhir tahun 2016. Tingkat kekosongan bisa mencapai 15 sampai 16% dari total pasokan perkantoran 9 juta/m² baik di CBD Jakarta, non-CBD Jakarta, maupun area jalan TB Simatupang.

"Ruang kosong hampir 1,5 juta/m². Ini dimungkinkan karena ada tambahan suplai baru seluas 1 juta sampai 1,5 juta/m² hingga akhir tahun 2016," cetus Hendra.

Akibatnya, harga sewa akan semakin merosot tajam menjadi rata-rata 40%.

Walau demikian, ucap Hendra, jika ekonomi makro makin membaik, penurunan harga sewa dan juga tingkat kekosongan ruang perkantoran tidak akan berlangsung selamanya.

"Kondisi akan membaik jika pembangunan infrastruktur telah selesai. Hal itu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dalam tiga hingga empat tahun ke depan," lanjut Hendra.


Sumber: Kompas.com

Hilda B Alexander

Category : Property,

Related Post