Miko Ginting selaku Peneliti dari Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia atau biasa disebut dengan PSHK menilai bahwa formasi pimpinan terpilih KPK ini terbilang mengkhawatirkan. Kelima orang tersebut adalah Agus Rahardjo, Basaria Panjaitan, Alexander Marwata, Laode Muhammad Syarif, dan Saut Situmorang. Kekhawatiran tersebut setidaknya dapat diukur mengunakan dua hal berikut.

Hal yang pertama adalah dilihat dari hal penguatan KPK oleh 3 dari 5 pimpinan tersebut yaitu Basaria, Alexander, dan Saut. Mereka mengatakan bahwa KPK cukup hanya menjadi pusat pelaporan anti korupsi saja, yang berarti jika ada kasus korupsi maka KPK akan melimpahkannya ke kepolisian dan kejaksaan.

Kemudian Alexander juga terkenal sering melontarkan dissenting opinion dalam memberikan putusan yang terbukti dalam beberapa keputusan yang dibuatnya, Alexander membebaskan terdakwa korupsi tanpa argumentasi yang cukup kuat. Pimpinan lainnya yang bernama Saut, dianggap tidak memiliki kompetensi dibidang korupsi.

Semestinya pimpinan KPK yang baru dapat memberikan harapan baru dan kekuatan baru bagi KPK untuk memberantas korupsi yang sudah mengakar di negeri ini, namun yang terjadi adalah kebalikannya. Nama-nama yang memiliki rekam jejak baik dalam upaya pemberantasan korupsi malah tidak dipilih oleh Komisi III. Oleh sebab itu, perlu adanya pengawasan dari public dan internal KPK untuk mengawasi kinerja pimpinan KPK yang baru.

Dari kelima calon terpilih tersebut kemudian dilakukan voting kembali dan akhirnya nama Agus Rahardjo keluar sebagai ketua KPK yang baru.